Thursday, 22 October 2015

Makalah Sejarah : Corak Kehidupan Masyarakat Pra-Aksara

Tags


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya yang telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah Sejarah Indonesia mengenai “ Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara”. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat  dan  Allah Subkhanahu Wataala senantiasa  meridhoinya, amin.


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….   
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...   
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang..............................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pola hunian......................................................................................................
B.     Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan............................
C.     Sistem kepercayaan........................................................................................
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memilki letak yang strategis, sehingga tidak heran jika terjadi akulturasi beragam budaya yang terjadi sejak zaman nenek moyang sampai zaman era global saat ini.
Letak yang strategis tersebut sangat didukung oleh sumber daya manusianya. Untuk mempelajari kehidupan manusia saat ini tidak ada salahnya kita merunutnya sampai pada masa silam yaitu masa praaksara.
Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama.
Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah kembangan dari corak kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah “Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara”



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pola Hunian
Air  adalah kebutuhan utama manusia dalam bertahan hidup. Manusa lebih baik kelaparan daripada kehausan. Oleh sebab itu, air sangat dibutuhkan manusia sejak dahulu sampai sekarang. Hal itu juga yang mempengaruhi pola kehidupan manusia sejak dahulu. Suatu tempat apabila mengandung sumber air biasanya tanahnya subur dan tanamanpun hidup subur. Di daerah sumber air juga banyak didatangi hewan dan ikan. Hal inilah yang menjadi dasar utama bahwa manusia purba hidup di dekat sungai atau sumber air lainnya. Keberadaan air juga dapat dijadikan sarana  penghubung  atau transportasi untuk dapat melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, mereka juga memanfaatkan gua-gua di sekitar aliran air sungai untuk dijadikan tempat tinggal.
      Hal tersebut di perkuat dengan penemuan barang-barang dan sisa-sisa peralatan yang ditemukan di dekat sungai. Pola hunian manusia purba memperli-hatkan dua karakter, yaitu kedekatan dengan sumber air dan hidup di alam terbuka.
      Ketika persediaan makanan di daerah yang mereka huni menipis, manusia purba akan segera berpindah tempat mencari daerah yang memiliki banyak persediaan sumber makanan. Pola tersebut terus berlangsung hingga manusia purba menemukan cara bercocok tanam. Setelah bercocok tanam mereka mulai hidup menetap. Selain bercocok tanam menusia purba juga mulai memelihara dan beternak binatang.
2.      Pembabakan zaman praaksara berdasarkan ciri kehidupan
Berdasarkan penemuan-penemuan hasil kebudayaannya yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu masa dengan yang lainnya, maka corak kehidupan masyarakat praaksara menurut para ahli sejarah dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
§  Masa berburu dan mengumpulkan makanan.
§  Masa bercocok tanam.
§  Masa perundagian.

-        Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan dengan kemampuannya yang sangat terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang.
A.    Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
a.       Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaaan ada penyempurnaan bentuk,
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari batu yang digunakan sebagai perkakas zaman praaksara dapat digolongkan menjadi :
1)      kapak perimbas,2)   kapak genggam

b.     
 Kehidupan sosial
Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dari Wajak, menggantungkan kehidupannnya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Selain itu mereka juga bekerja sama dalam hal menganggulangi seranan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.
B.     Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
a.       Keberadaan Manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu  rusa, gajah, dan badak untuk dimakan. Dibagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Sedangkan di  Jawa hidup juga sekelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi leh unsur-unsur Mongloid. Lebih ke timur lagi, yaitu Nusa Tenggara, terdapat pula Austromelanesoid.
b.      Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pada masa Pos Pletosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
c.       Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan. Mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
-        Masa bercocok tanam Pada masa ini sudah mulai ada usaha untuk bertempat tinggal menetapdi suatu perkampungan yang terdiri dari beberapa tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteran masyarakat dan ketentraman hidupnya.
a.      Keberadaan manusia
Pada masa ini, di Indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia timur smpai sekarang lebih diengaruhi oleh komponen ras Austromela-nesoid.
Kelompok manusia sudah lebh banyak, karena hasil pertanian dan peternakan sudah daat memberi makan sejumlah orang yan lebih besar.
b.       Teknologi
Masa bercocok tanam dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembutan gerabah. Alat yang terbuat dari batu yang biasa diasah adalah
1)      beliung,
2)   kapak batu,
3)   mata tombak.
-        Masa perundagian
Sebagai salah satu dampak kehidupan menetap adalah bahwa manusia mulai semakin berkembang cara berpikirnya, sehingga mulai mampu menemukan cara membuat perkakas dari logam. Penemuan logam mendorong manusia menciptakan perkakas-perkakas untukmkebutuhan sehari-hari. Pengolahan logam memerlukan keahlian khusus, sehingga kemudian berkembang menjadi mata pencaharian untuk kelompok masyarakat tertentu.
Pembuatan perkakas dari logam menggunakan dua teknik, yaitu a cire perdue dan bivalve.
Pembuatan perkakas dengan teknik a cire perdue, caranya dengan membuat model terlebih dahulu dari lilin. Perkakas lilin kemudian dibungkus dengan tanah liat basah yang bagian atas dan bawahnya diberi lubang, selanjutnya dikeringkan dan kemudian dibakar. Pada saat dibakar, lilin melelh dan meninggalkan rongga. Rongga pada tanah liat tadi kemudian diisi dengan cairan logam, dan setelah dingin, tanah liat dipecah maka jadilah perkakas dari logam. teknik ini tidak ekonomis karena hanya menghasilkan satu perkakas dari setiap model. Maka kemudian dikembangkan teknik bivalve, yaitu membuat perkakas dengan cetak masal, yaitu dibuat cetakan batu dengan tutup yang bisa dibuka dan dipakai berulang-ulang.
Perkakas yang dihasilkan pada zaman perundagian: kapak corong; candrasa; nekara; mokko; bejana; dan barang-barang perhiasan dari logam lainnya
3.      Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan mulai muncul pada zaman Neolithikum. Pada zaman ini, masyarakat purba sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka juga meyakini adanya hubungan antara orang hiup dan roh yang telah meninggal. Berkaitan dengan peristiwa itu maka kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara penguburan sebagai bentuk kehormatan terakhir pada orang yang  meninggal.
Bukti adanya sistem kepercayaan padazaman batu adalah terlihat melalui peninggalan berupa tugu-tugu batu atau bangunan Megalithikum yang letaknya beradadi pucak bukit, dilereng gunung atau bangunan yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul dari anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di suatu tempat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, selain ada upacara-upacara penguburan pada zaman tersebut telah muncul upacara-upacarauntuk mendirikan bangunan suci atau kebudayaan Megalithikum (Batu Besar) yang meliputi bangunan berikut ini.
A.    Menhir
Menhir adalah bangunan berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. Bentuk menhir ada yang berdiri tunggal juga ada yang berdiri berkelompok, ada pula yang dibuat bersama bangunan lain seperti punden berundak-undak. Namun, bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat praaksara tidak berpedoman kepada satu bentuk saja. Lokasi tempat yang ditemukan menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumtera Selatamn), Sulawesi tenah dan Kalimantan.
B.     Punden Berundak-undak.
Punden berundak-undak adalah banguna dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan suci. Lokasi tempat penemuanny adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lerengg Bukit Hyang di Jawa Timur.
C.     Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang fungsinya sebagai tempat meletakan sesaji untuk pemujaan. Adakalanya dibawah dolmen dipkai untuk meletkkan mayat. Agar mayat tersebut tidak dimakan binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Dolmen yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mayat disebut kuburn batu. Lokasi penemuan dolmen, antara lain Cupari Kuningan, Jawa Barat, Bondowoso, Jawa Timur, Merawan, Jember, Jatim, Pasemah Sumatera, dan NTT. Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang dibayahnya digunakan sebagai kuburan lebih dikenal dengan sebutan pandhusa atau makan Tionghoa.
D.    Sarkofagus.
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dar batu utuh yang diberi tutup. Umumnya sarkofagus yang ditemukn mayat di dalamnya dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, dan benda-benda dari perunggu atau besi. Daerah penemuan sarkofagusa adalah Bali. Menurut masyarakat Bali, sarkofagus memiliki kekuatan gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejk zaman logam.
E.     Peti Kubur.
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Peti kubur dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga barasal dari papan batu. Daerah penemuan pati kubur tersebut adalah Cepari kuningan, Cirebon, Wonosari, dan Cepu. Di dalam kubur batu juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik.
Kesimpulan
1.      Manusia praaksara memilih tempat tinggal yang dekat dengan persediaan air. Mereka mulai tinggal menetap pada masa bercocok tanam.
2.      Pembabakan corak kehidupan masyarakat praaksara ada tiga, yaitu :
a.       Masa berburu dan meramu
b.      Masa bercocok tanam
c.       Masa perundagian
3.      Sistem kepercayaan masyarakat praaksara muncul pada zama Neolitikum, pada saat masyarakat praaksara sudah mengenal bahwa adanya kehidupan setelah mati.

DAFTAR PUSTAKA





1 komentar so far

Sangat bermanfaat. Ijin Copas kak


EmoticonEmoticon