MAKALAH
SEJARAH INDONESIA
“Tipologi Hasil Budaya
Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia”
Oleh
:
Kelompok
2
1.
Bangun Damar Tyasto
2.
Dian Laksita Adhitama
3.
Fuad Abdullatif
4.
Nabila Farah Amanda
X
MIPA 1
SMA
NEGERI 1 PURWOREJO
2015/2016
Kata
Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah
Indonesia di tahun ajaran 2015/2016, dengan judul “TIPOLOGI HASIL BUDAYA MASYARAKAT PRA-AKSARA DI
INDONESIA”. Dengan mengerjakan
tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang manusia purba dan
hasil kebudayaannya di Indonesia. Kami sadar, sebagai kelompok yang masih dalam
proses pembelajaran, penulisan makalah ini pasti banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kami dan teman-teman.
Purworejo,
13 Agustus 2015
Tim Penyusun
Daftar
Isi
Kata
Pengantar
..................................................................................................................... 2
Daftar Isi
............................................................................................................................... 3
Bab 1 Pendahuluan
................................................................................................................4
Latar Belakang
...................................................................................................................4
Rumusan Masalah
.............................................................................................................4
Tujuan
................................................................................................................................4 Bab 2 Pembahasan
................................................................................................................5
Bab 3 Penutup
................................................................................................................... 19 ......
Kesimpulan
.......................................................................................................................
19 ......
Saran
.................................................................................................................................
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan rangkaian kejadian yang terjadi pada masa
lalu. Sejarah sangat penting dipelajari,
terutama jika itu terkait dengan sejarah bangsa kita ini. Dengan sejarah kita mendapatkan pelajaran
berharga yaitu supaya kita dapat terhindar dari kesalahan di masa lalu dan bisa
berinovasi untuk menjadi pribadi yang lebih maju. Maka dari itu kami kemudian menyusun makalah
Sejarah Indonesia tentang “Tipologi
Hasil Budaya Masyarakat Pra-aksara Di Indonesia”. Makalah ini membahas tentang peninggalan
budaya masyarakat nusantara pada zaman praaksara. Kami harap materi yang dimuat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
i.
Apa saja tahap pada masa pra-aksara?
ii.
Apa saja budaya masyarakat pada masa
Pra-aksara di Indonesia?
iii.
Apa saja tahap-tahap budaya masyarakat
Pra-aksara di Indonesia?
C. Tujuan Mengidentifikasi
dan mengetahui tipologi hasil kebudayaan masyarakat pra aksara di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Tipologi
Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia
Meskipun
manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka telah meninggalkan berbagai
hasil kebudayaan Kehidupan manusia pra-aksara di Indonesia dibagi dalam
beberapa tahap diantaranya, Zaman Batu Tua (Paleolithikum), Zaman Batu Madya
(Mesolithikum), Zaman Batu Muda (Neolithikum), Zaman Batu Besar (Megalithikum),
dan Zaman Logam. Meskipun pada masa itu manusia pra-aksara belum mengenal
tulisan, mereka telah mengenal berbagai teknologi sehingga dapat meninggalkan
berbagai macam hasil kebudayaan. Berikut ini penjelasan mengenai hasil
kebudayaan masyarakat pra-aksara:
1.
Zaman Batu Tua (Paleolithikum) /
Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Masa Paleolithikum berlangsung sekitar
600.000 tahun tahun yang lalu. Masa ini adalah masa dimana manusia mulai ada di
bumi. Pada masa paleolithikum ini manusia pra-aksara hanya bisa berburu dan mengumpulkan makanan,
manusia yang hidup pada zaman itu belum bisa melakukan kegiatan produksi. Mereka
sangat bergantung pada alam sekitar. Mereka sering melakukan perburuan gajah,
rusa, kerbau, dan bahkan binatang air seperti kerang dan ikan. Kegiatan
perburuan itu biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan tugas perempuan
adalah mengumpulkan makanan dari alam seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan
buah-buahan serta mengolahnya agar bisa dimakan. Untuk melakukan kegiatan
tersebut, para manusia pra-aksara menciptakan bermacam-macam peralatan yang sifatnya masih kasar dan dan
belum diasah halus. Alat-alat yang dibuat hampir tidak mengubah bentuk aslinya,
karena teknologi yang di kuasai masih sangat primitif dan sederhana seperti
:
a)
Kebudayaan
Pacitan
Ø Kapak Perimbas
Kapak
perimbas adalah sejenis kapak besar dari batu dan tidak bertangakai. Teknik
pembuatan kapak ini menggunakan teknik pembenturan batu-batu. Kapak ini
ditemukan pertama kali oleh Van Koeningswald di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur. Diperkirakan kapak ini milik manusia jenis Pithecantropus Erectus. Kapak ini berbentuk agak runcing dan bagian yang tajam hanya ada pada satu sisi saja. Alat ini sering digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong / menguliti hewan buruan,dsb.
Ø Kapak
Penetak (Chopper)
Kapak
Penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas tetapi ukurannya
lebih besar. Cara pembuatannya juga masih kasar. Kapak ini digunakan untuk
menebang pohon, membelah kayu, atau untuk memotong benda lainnya. Wilayah
persebarannya hampir di seluruh Nusantara.
Ø Kapak
Genggam
Kapak
Genggam adalah kapak sederhana tanpa tangkai dan masih termasuk dalam peralatan
yang kasar karena belum diasah. Kapak ini hampir sama dengan Kapak Perimbas dan
Kapak Penetak, namun bentuknya lebih kecil dan sederhana. Cara pemakaiannya
adalah dengan digenggan pada ujungnya yang lebih ramping. Alat ini juga banyak
ditemukan di daerah Nusantara.
Ø Pahat
Genggam
Pahat genggam bentuknya lebih kecil dari kapak genggam. Alat ini
berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari umbi-umbian untuk dikonsumsi.
Ø Alat
Serpih (Flakes)
Alat
serpih adalah peralatan sederhana terbuat dari tulang dan tanduk. Biasanya alat
ini berukuran 10-20 cm. Diduga alat ini memiliki fungsi yang bermacam-macam
seperti : Alat penusuk untuk mengupas, memotong, menggali tanah, pengganti
pisau dan sebagai gurdi. Alat ini banyak ditemukan di daerah gua tempat tinggal
para manusia purba.
b) Kebudayaan
Ngandong
Kebudayaan Ngandong adalah adalah
kebudayaan yang berkaitan dengan penemuan di daerah Ngawi, Jawa Timur. Di
wilayah ini banyak ditemukan berbagai peralatan dari batu dan tulang (bone
culture). Yang digunakan oleh manusia jenis Homo Sooloensis dan Homo
wajakensis. Diduga tulang yang menjadi bahan peralatan itu berasal dari tulang
dan tanduk rusa. Umumnya alat itu berfungsi untuk menusuk dan sebagai sangkur
jika digunakan di zaman sekarang. Di wilayah Ngandong ini juga banyak ditemukan
peralatan seperti tombak yang bergerigi.
2.
Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Masa zaman batu madya
adalah masa peralihan, yaitu suatu masa dimana pembuatan alat-alat kehidupan
mulai maju, lebih halus, dan lebih baik. Pada masa ini, hasil kebudayaan zaman
paleolithikum tidak punah tetapi makin maju dan berkembang. Manusia juga telah mulai mengenal kesenian.
Diduga manusia yang hidup pada masa ini adalah bangsa Papua Melanesoide.
Peninggalan-peninggalan sejarah pada masa ini adalah:
Ø Abris
Sous Roche
Abris
Sous Roche adalah gua gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada masa
mesolithikum. Gua ini berfungsi untuk berlindung dari cuaca buruk serta
binatang buas. Gua-gua ini biasanya dilindungi oleh batu karang, terletak di
dekat sumber air, memiliki kesuburan tanah yang tinggi, pencahayaan cukup,
sirkulasi udara lancar, dan memiliki kondisi yang baik. Pemilihan tempat
tinggal ini berdasarkan pada kesatuan kondisi geologi, ekologi, dan biologi.
Kondisi ini memungkinkan manusia untuk bertahan dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Biasanya mereka tinggal di dalamnya secara berkelompok.
Berdasarkan penelitian Dr.P.V van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Gua
Lawa, Sampung, Ponorogo, peralatan hasil kebudayaan yang paling banyak
ditemukan di tempat ini adalah peralatan dari tulang. Disamping itu, ada juga
alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang diasah,
dan tulang serta tanduk rusa. Disana juga ditemukan Pabble yang merupakan inti
dari kebudayaan mesolithikum.
Ø Kokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger
ditemukan ditemukan di Aceh Tamiang, gua Kepah Sumatra dan Kawal Darat Bintan
pada tahun 1925. Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa
Denmark yaitu kata Kjokken berarti dapur dan kata modding yang berarti sampah.
Jadi Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang telah membatu dan berubah
menjadi fosil (Timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai
ketinggian 7 m). Di daerah pantai, sampah ini biasanya terlihat menggunung.
Pembentukan Kjokkenmoddinger ini membutuhkan waktu puluhan sampai ratusan tahun
dan banyak ditemukan di daerah Sumatera.
Pada
awal penemuannya, kjokkenmoddinger sempat dikira sebagai lapisan bumi yang
istimewa. Namun setelah diteliti, ini adalah sampah dapur yang berupa fosil
kerang. Diduga pada masa itu telah hidup manusia yang hidup di pinggir pantai
dengan rumah bertonggak dengan makanan utama berupa kerang dan siput.
Selain
itu, Dr.P.V van Stein Callenfels juga menemukan sebuah kapak pendek
(hachecourt). Kapak ini diduga dibuat dengan cara dipukul dan dipecahkan serta
tidak diasah. Namun setelah penelitian mendalam, benda ini diragukan karena
bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya pada ujung yang
melingkar.
Ø Lukisan-lukisan
Lukisan inilah yang
membuktikan bahwa manusia yang hidup pada zaman itu telah mengenal seni.
Lukisan ini terletak di Goa Leang-leang
dan merupakan salah satu bukti yang masih ada hingga kini.
Pada zaman ini, manusia
juga mulai mengenal api. Api ini diduga ditemukan pada 400.000 tahun yang lalu
oleh manusia Homo Erectus. Api pada masa itu digunakan untuk memasak makanan,
sumber penerangan, dan juga sebagai senjata.
3.
Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman Batu Muda
ini, kehidupan manusia pra-aksara mencapai puncaknya. Mereka mulai mengalami
kemajuan, mereka telah bercocok tanam, timbul suatu perubahan dalam kehidupan
para manusia pra-aksara jenis Homo sapiens. Mereka mulai bisa menternakkan
hewan dan membudidayakan berbagai tanaman seperti padi, jagung, keladi, dan
ketela. Pada masa ini mereka juga sudah mulai mempunyai rumah dan meninggalkan
pola kehidupan berpindah- pindah (nomaden). Alat-alat yang digunakan pada masa
itu juga sudah tergolong alat yang halus karena telah diasah sedemikian rupa.
Alat-alat tersebut antara lain :
Ø Kapak
Persegi
Nama kapak persegi ini
berasal dari von Heine Geldern berdasar penampang dari alat-alatnya yang
berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak ini berbentuk persegi panjang
dengan bagian pangkal yang tidak tajam untuk mengikat tangkai, sedangkan sisi
lainnya diberi tajaman dengan cara diasah. Selain berguna sebagai kapak, benda
ini juga dapat digunakan untuk memotong kayu dan bahkan sebagai cangkul. Pendukung dari penyabaran kapak ini adalah
bangsa Austronesia.
Ø Kapak
Lonjong
Kapak lonjong merupakan
hasil kebudayaan zaman neolitikum, yang terbuat dari batu kali dan
nefrit.Disebut kapak lonjong karena bentuk penampangnya lonjong dan bentuk
kapaknya sendiri bulat telur. Seluruh permukaan telah digosok dengan halus
dengan sisi pangkal agak runcing serta sisi depan lebih lebar dan diasah sampai
tajam. Kebudayaan zaman neolitikum jauh
lebih maju dibandingkan dengan zaman sebelumnya, karena pada masa itu senjata
seperti kapak lonjong sudah menggunakan pegangan yang terbuat dari kayu, dan
bambu.Pendukung dari persebaran kapak ini adalah bangsa Melanesia.
Ø
Mata Panah
Mata
panah mencerminkan alat yang digunakan berburu pada zaman praaksara.
Ada dua tempat penemuan penting, berhubungan dengan mata panah pada zaman
praaksara, yaitu Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
4.
Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Pada masa ini, para
manusia pra-aksara telah mengenal kepercayaan dalam tingkat awal yaitu
kepercayaan terhadap roh (Animisme) dan benda-benda keramat (Dinamisme).Oleh
karena itu di Indonesia berkembang tradisi batu besar (Megalitikum).
Benda-benda tradisi tersebut adalah :
Ø Dolmen
Dolmen
adalah sebuah meja batu yang sering digunakan dalah proses upacara adat sebagai
pelinggihan roh atau tempat meletakkan sesaji
Ø Menhir
Menhir
adalah tugu batu yang diletakkan dengan cara berdiri. Menhir sering digunakan
dalam peringatan meninggalnya nenek moyang atau tempat memuja mereka. Di
Indonesia, menhir sering ditemukan di Pulau Sumatera dan Jawa.
Ø Waruga
Waruga adalah sebuah
peti kubur batu atau tempat yang digunakan digunakan untuk meletakkan jasad
orang yang sudah meninggal. Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa.
Ø Sarkofagus
Sarkofagus
adalah sebuah tempat jenazah yang terdiri dari dua batu besar yang
ditangkupkan. Benda ini banyak ditemukan di daerah Bali dan Sumbawa.
Ø Punden
Berundak
Punden Berundak adalah
susunan batu yang ditata dengan sedemikian rupa dan biasanya terdiri dari tujuh
undak. Bangunan ini digunakan sebagai sarana pemujaan.
Ø Arca
Batu
Arca
batu adalah batu yang dipahat, biasanya dibuat menyerupai manusia atau
hewan.Arca batu ini banyak ditemukan di daerah Lampung dan Sulawesi Selatan.
5.
Zaman Logam
Masa ini sering disebut
juga masa perundagian. Pada masa ini bukan berarti zaman batu telah berakhir,
zaman batu juga ikut berkembang jika ditambah
manusia telah pandai membuat berbagai peralatan dari logam, baik perunggu
maupun besi. Disamping peralatan zaman batu yang berkembang, keterampilan
manusia dalam membuat benda dari logam juga meningkat. Benda-benda hasil
keterampilan tersebut diantaranya:
a)
Zaman
Perunggu
Ø Nekara
Nekara adalah sebuah
tambur besar dari perunggu yang berbentuk seperti berumbung yang berpinggang
pada bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Para manusia pra-aksara
menganggap benda ini sebagai benda suci yang merupakan bagian dari bulan yang jatuh dari langit dan
sering digunakan sebagai upacara mendatangkan hujan, memanggil arwah nenek
moyang, dan sebagai gendering perang.
Ø Moko
Moko adalah nekara
dalam ukuran yang lebih kecil dan ramping. Moko banyak dibawa oleh pedagang
Bugis dari daerah Gresik. Alat ini biasanya digunakan sebagai maskawin atau
pusaka.
Ø Bejana
Perunggu
Ø Kapak Perunggu
Kapak perunggu dibagi 2
yaitu : kapak sepatu atau kapak corong dan kapak upacara.Kapak ini memiliki
berbagai macam ukuran. Dilihat dari penggunaannya kapak ini berguna untuk
perkakas saat bekerja dan benda pusaka sat upacara. Kapak ini hampir bisa
ditemukan di seluruh daerah Indonesia
Ø Arca
Perunggu
Arca yang ditemukan
pada masa ini biasanya terbuat dari perunggu dan bentuknya sangat beragam,
mulai dari manusia hingga binatang.
Ø Perhiasan
Perunggu
Perhiasan perunggu ada
bermacam-macam. Mulai dari gelang, cincin, kalung, dan bandulnya. Pada umumnya
perhiasan dari perunggu ini memiliki motif hias.
ØCandrasa
Candrasa adalah kapak
corong yang salah satu sisinya ada yang panjang dan bentuknya sangat indah.
Kapak ini juga dilengkapi dengan hiasan. Benda ini berfungsi untuk tanda
kebesaran kepala suku dan alat upacara adat.
Ø Kapak Upacara
Kapak upacara adalah kapak berwarna hitam
dengan hiasan di kedua sisinya. Pada sisi pertama, terdapat hiasan berupa hewan
berkaki empat dan gambar flora. Sedangkan ujung pegangannya memiliki hiasan
motif garis bergerigi, dan pada sisi lainnya terdapat hiasan topeng.
b) Zaman Besi
Zaman besi adalah
zaman terakhir dari masa pra-aksara. Pada zaman ini, manusia telah mampu
melebur besi dari bijihnya dan mengubahnya menjadi barang yang diinginkan. Barang-barang yang
merupakan peninggalan dari zaman ini jumlahnya sangat terbatas dan jarang
ditemukan karena diduga barang-barang ini telah hancur karena proses
perkaratan.
BAB III
PENUTUPAN
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dengan adanya bukti peninggalan pada
masa pra-aksara, menunjukkan adanya kebudayaan yang berkembang di Indonesia
sejak jaman dahulu. Hingga saat ini,
bukti itu tetap dilestarikan sebagai warisan berharga dari nenek moyang. Dengan demikian, kita dapat melihat
perkembangan kebudayaan dalam masyarakat pra-aksara
agar manusia mau berupaya demi masa depan yang lebih baik dan tercipta penerus
yang lebih berkarakter.
B.
Saran
Sebagai generasi muda
kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri, khususnya dalam
mengenal dan memahami kehidupan masa pra-aksara ketika hidup di Indonesia.
EmoticonEmoticon