Wednesday 8 February 2017

Makalah Sejarah : Tipologi Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia

Tags

MAKALAH SEJARAH INDONESIA
 “Tipologi Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia”



 


Oleh :
Kelompok 2
1.          Bangun Damar Tyasto
2.          Dian Laksita Adhitama
3.          Fuad Abdullatif
4.          Nabila Farah Amanda

X MIPA 1
SMA NEGERI 1 PURWOREJO
2015/2016

Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan  tepat  waktu. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia di tahun ajaran 2015/2016, dengan judul “TIPOLOGI HASIL BUDAYA MASYARAKAT PRA-AKSARA DI INDONESIA”. Dengan mengerjakan tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang manusia purba dan hasil kebudayaannya di Indonesia. Kami sadar, sebagai kelompok yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini pasti banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah  ini dapat memberi manfaat bagi kami dan teman-teman.


Purworejo, 13 Agustus  2015


Tim Penyusun










Daftar Isi

Kata Pengantar .....................................................................................................................  2 
Daftar Isi ............................................................................................................................... 3 
Bab 1 Pendahuluan ................................................................................................................4          
   Latar Belakang ...................................................................................................................4 
   Rumusan Masalah .............................................................................................................4                  
   Tujuan ................................................................................................................................4                   Bab 2 Pembahasan ................................................................................................................
Bab 3 Penutup ................................................................................................................... 19 ......
Kesimpulan ....................................................................................................................... 19 ......
Saran ................................................................................................................................. 19
                       
                                                                                                                                                  





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan rangkaian kejadian yang terjadi pada masa lalu.  Sejarah sangat penting dipelajari, terutama jika itu terkait dengan sejarah bangsa kita ini.  Dengan sejarah kita mendapatkan pelajaran berharga yaitu supaya kita dapat terhindar dari kesalahan di masa lalu dan bisa berinovasi untuk menjadi pribadi yang lebih maju.  Maka dari itu kami kemudian menyusun makalah Sejarah Indonesia tentang “Tipologi Hasil Budaya Masyarakat Pra-aksara Di Indonesia”.  Makalah ini membahas tentang peninggalan budaya masyarakat nusantara pada zaman praaksara. Kami harap materi yang dimuat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

B. Rumusan Masalah
           
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
                                                              i.      Apa saja tahap pada masa pra-aksara?
                                                            ii.      Apa saja budaya masyarakat pada masa Pra-aksara di Indonesia?
                                                          iii.      Apa saja tahap-tahap budaya masyarakat Pra-aksara di Indonesia?

C. Tujuan                                                                                                                 Mengidentifikasi dan mengetahui tipologi hasil kebudayaan masyarakat pra aksara di Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Tipologi Hasil Budaya Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia
Meskipun manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka telah meninggalkan berbagai hasil kebudayaan Kehidupan manusia pra-aksara di Indonesia dibagi dalam beberapa tahap diantaranya, Zaman Batu Tua (Paleolithikum), Zaman Batu Madya (Mesolithikum), Zaman Batu Muda (Neolithikum), Zaman Batu Besar (Megalithikum), dan Zaman Logam. Meskipun pada masa itu manusia pra-aksara belum mengenal tulisan, mereka telah mengenal berbagai teknologi sehingga dapat meninggalkan berbagai macam hasil kebudayaan. Berikut ini penjelasan mengenai hasil kebudayaan masyarakat pra-aksara:

1.              Zaman Batu Tua (Paleolithikum) / Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Masa Paleolithikum berlangsung sekitar 600.000 tahun tahun yang lalu. Masa ini adalah masa dimana manusia mulai ada di bumi. Pada masa paleolithikum ini manusia pra-aksara  hanya bisa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia yang hidup pada zaman itu belum bisa melakukan kegiatan produksi. Mereka sangat bergantung pada alam sekitar. Mereka sering melakukan perburuan gajah, rusa, kerbau, dan bahkan binatang air seperti kerang dan ikan. Kegiatan perburuan itu biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan tugas perempuan adalah mengumpulkan makanan dari alam seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan serta mengolahnya agar bisa dimakan. Untuk melakukan kegiatan tersebut, para manusia pra-aksara menciptakan bermacam-macam peralatan yang sifatnya masih kasar dan dan belum diasah halus. Alat-alat yang dibuat hampir tidak mengubah bentuk aslinya, karena teknologi yang di kuasai masih sangat primitif dan sederhana seperti :
a)    Kebudayaan Pacitan
Ø   Kapak Perimbas
Hasil gambar untuk kapak perimbasKapak perimbas adalah sejenis kapak besar dari batu dan tidak bertangakai. Teknik pembuatan kapak ini menggunakan teknik pembenturan batu-batu. Kapak ini ditemukan pertama kali oleh Van Koeningswald di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur. Diperkirakan kapak ini milik manusia jenis Pithecantropus Erectus. Kapak ini berbentuk agak runcing dan bagian yang tajam hanya ada pada satu sisi saja. Alat ini sering digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong / menguliti hewan buruan,dsb.

Ø   Kapak Penetak (Chopper)
Kapak Penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas tetapi ukurannya lebih besar. Cara pembuatannya juga masih kasar. Kapak ini digunakan untuk menebang pohon, membelah kayu, atau untuk memotong benda lainnya. Wilayah persebarannya hampir di seluruh Nusantara.
Ø   Kapak Genggam
Kapak Genggam adalah kapak sederhana tanpa tangkai dan masih termasuk dalam peralatan yang kasar karena belum diasah. Kapak ini hampir sama dengan Kapak Perimbas dan Kapak Penetak, namun bentuknya lebih kecil dan sederhana. Cara pemakaiannya adalah dengan digenggan pada ujungnya yang lebih ramping. Alat ini juga banyak ditemukan di daerah Nusantara.

Ø   Pahat Genggam
    Pahat genggam bentuknya lebih kecil dari kapak genggam. Alat ini berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari umbi-umbian untuk dikonsumsi.

Ø   Alat Serpih (Flakes)
Alat serpih adalah peralatan sederhana terbuat dari tulang dan tanduk. Biasanya alat ini berukuran 10-20 cm. Diduga alat ini memiliki fungsi yang bermacam-macam seperti : Alat penusuk untuk mengupas, memotong, menggali tanah, pengganti pisau dan sebagai gurdi. Alat ini banyak ditemukan di daerah gua tempat tinggal para manusia purba.

b)  Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong adalah adalah kebudayaan yang berkaitan dengan penemuan di daerah Ngawi, Jawa Timur. Di wilayah ini banyak ditemukan berbagai peralatan dari batu dan tulang (bone culture). Yang digunakan oleh manusia jenis Homo Sooloensis dan Homo wajakensis. Diduga tulang yang menjadi bahan peralatan itu berasal dari tulang dan tanduk rusa. Umumnya alat itu berfungsi untuk menusuk dan sebagai sangkur jika digunakan di zaman sekarang. Di wilayah Ngandong ini juga banyak ditemukan peralatan seperti tombak yang bergerigi.

2.            Zaman Batu Madya (Mesolithikum)
Masa zaman batu madya adalah masa peralihan, yaitu suatu masa dimana pembuatan alat-alat kehidupan mulai maju, lebih halus, dan lebih baik. Pada masa ini, hasil kebudayaan zaman paleolithikum tidak punah tetapi makin maju dan berkembang.  Manusia juga telah mulai mengenal kesenian. Diduga manusia yang hidup pada masa ini adalah bangsa Papua Melanesoide. Peninggalan-peninggalan sejarah pada masa ini adalah:

Ø   Abris Sous Roche

Hasil gambar untuk kjokkenmoddinger
Abris Sous Roche adalah gua gua yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada masa mesolithikum. Gua ini berfungsi untuk berlindung dari cuaca buruk serta binatang buas. Gua-gua ini biasanya dilindungi oleh batu karang, terletak di dekat sumber air, memiliki kesuburan tanah yang tinggi, pencahayaan cukup, sirkulasi udara lancar, dan memiliki kondisi yang baik. Pemilihan tempat tinggal ini berdasarkan pada kesatuan kondisi geologi, ekologi, dan biologi. Kondisi ini memungkinkan manusia untuk bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya mereka tinggal di dalamnya secara berkelompok. Berdasarkan penelitian Dr.P.V van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, peralatan hasil kebudayaan yang paling banyak ditemukan di tempat ini adalah peralatan dari tulang. Disamping itu, ada juga alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang diasah, dan tulang serta tanduk rusa. Disana juga ditemukan Pabble yang merupakan inti dari kebudayaan mesolithikum.



Ø  Kokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger ditemukan ditemukan di Aceh Tamiang, gua Kepah Sumatra dan Kawal Darat Bintan pada tahun 1925. Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kata Kjokken berarti dapur dan kata modding yang berarti sampah. Jadi Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang telah membatu dan berubah menjadi fosil (Timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 m). Di daerah pantai, sampah ini biasanya terlihat menggunung. Pembentukan Kjokkenmoddinger ini membutuhkan waktu puluhan sampai ratusan tahun dan banyak ditemukan di daerah Sumatera.
Pada awal penemuannya, kjokkenmoddinger sempat dikira sebagai lapisan bumi yang istimewa. Namun setelah diteliti, ini adalah sampah dapur yang berupa fosil kerang. Diduga pada masa itu telah hidup manusia yang hidup di pinggir pantai dengan rumah bertonggak dengan makanan utama berupa kerang dan siput.
Selain itu, Dr.P.V van Stein Callenfels juga menemukan sebuah kapak pendek (hachecourt). Kapak ini diduga dibuat dengan cara dipukul dan dipecahkan serta tidak diasah. Namun setelah penelitian mendalam, benda ini diragukan karena bentuknya yang tidak jelas dan letak ketajamannya hanya pada ujung yang melingkar.

Ø   Lukisan-lukisan
Lukisan inilah yang membuktikan bahwa manusia yang hidup pada zaman itu telah mengenal seni. Lukisan ini  terletak di Goa Leang-leang dan merupakan salah satu bukti yang masih ada hingga kini.
Pada zaman ini, manusia juga mulai mengenal api. Api ini diduga ditemukan pada 400.000 tahun yang lalu oleh manusia Homo Erectus. Api pada masa itu digunakan untuk memasak makanan, sumber penerangan, dan juga sebagai senjata.

3.        Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman Batu Muda ini, kehidupan manusia pra-aksara mencapai puncaknya. Mereka mulai mengalami kemajuan, mereka telah bercocok tanam, timbul suatu perubahan dalam kehidupan para manusia pra-aksara jenis Homo sapiens. Mereka mulai bisa menternakkan hewan dan membudidayakan berbagai tanaman seperti padi, jagung, keladi, dan ketela. Pada masa ini mereka juga sudah mulai mempunyai rumah dan meninggalkan pola kehidupan berpindah- pindah (nomaden). Alat-alat yang digunakan pada masa itu juga sudah tergolong alat yang halus karena telah diasah sedemikian rupa. Alat-alat tersebut antara lain :

Ø    Kapak Persegi
Nama kapak persegi ini berasal dari von Heine Geldern berdasar penampang dari alat-alatnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak ini berbentuk persegi panjang dengan bagian pangkal yang tidak tajam untuk mengikat tangkai, sedangkan sisi lainnya diberi tajaman dengan cara diasah. Selain berguna sebagai kapak, benda ini juga dapat digunakan untuk memotong kayu dan bahkan sebagai cangkul.  Pendukung dari penyabaran kapak ini adalah bangsa Austronesia.



Ø   Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan hasil kebudayaan zaman neolitikum, yang terbuat dari batu kali dan nefrit.Disebut kapak lonjong karena bentuk penampangnya lonjong dan bentuk kapaknya sendiri bulat telur. Seluruh permukaan telah digosok dengan halus dengan sisi pangkal agak runcing serta sisi depan lebih lebar dan diasah sampai tajam.  Kebudayaan zaman neolitikum jauh lebih maju dibandingkan dengan zaman sebelumnya, karena pada masa itu senjata seperti kapak lonjong sudah menggunakan pegangan yang terbuat dari kayu, dan bambu.Pendukung dari persebaran kapak ini adalah bangsa Melanesia.

Ø   Mata Panah
Mata panah mencerminkan alat yang digunakan berburu pada zaman praaksara. Ada dua tempat penemuan penting, berhubungan dengan mata panah pada zaman praaksara, yaitu Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
4.     Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Pada masa ini, para manusia pra-aksara telah mengenal kepercayaan dalam tingkat awal yaitu kepercayaan terhadap roh (Animisme) dan benda-benda keramat (Dinamisme).Oleh karena itu di Indonesia berkembang tradisi batu besar (Megalitikum). Benda-benda tradisi tersebut adalah :
Ø  Dolmen
Dolmen adalah sebuah meja batu yang sering digunakan dalah proses upacara adat sebagai pelinggihan roh atau tempat meletakkan sesaji
Ø  Menhir
Menhir adalah tugu batu yang diletakkan dengan cara berdiri. Menhir sering digunakan dalam peringatan meninggalnya nenek moyang atau tempat memuja mereka. Di Indonesia, menhir sering ditemukan di Pulau Sumatera dan Jawa.

Ø  Waruga
Hasil gambar untuk waruga
Waruga adalah sebuah peti kubur batu atau tempat yang digunakan digunakan untuk meletakkan jasad orang yang sudah meninggal. Waruga banyak ditemukan di daerah  Minahasa.

Ø  Sarkofagus
Sarkofagus adalah sebuah tempat jenazah yang terdiri dari dua batu besar yang ditangkupkan. Benda ini banyak ditemukan di daerah Bali dan Sumbawa.

Ø  Punden Berundak

Punden Berundak adalah susunan batu yang ditata dengan sedemikian rupa dan biasanya terdiri dari tujuh undak. Bangunan ini digunakan sebagai sarana pemujaan.

Ø  Arca Batu
Arca batu adalah batu yang dipahat, biasanya dibuat menyerupai manusia atau hewan.Arca batu ini banyak ditemukan di daerah Lampung dan Sulawesi Selatan.
5.        Zaman Logam
Masa ini sering disebut juga masa perundagian. Pada masa ini bukan berarti zaman batu telah berakhir, zaman batu juga ikut berkembang jika ditambah  manusia telah pandai membuat berbagai peralatan dari logam, baik perunggu maupun besi. Disamping peralatan zaman batu yang berkembang, keterampilan manusia dalam membuat benda dari logam juga meningkat. Benda-benda hasil keterampilan tersebut diantaranya:

a)         Zaman Perunggu

Ø   Nekara
Nekara adalah sebuah tambur besar dari perunggu yang berbentuk seperti berumbung yang berpinggang pada bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Para manusia pra-aksara menganggap benda ini sebagai benda suci yang merupakan  bagian dari bulan yang jatuh dari langit dan sering digunakan sebagai upacara mendatangkan hujan, memanggil arwah nenek moyang, dan sebagai gendering perang.

Ø   Moko
Moko adalah nekara dalam ukuran yang lebih kecil dan ramping. Moko banyak dibawa oleh pedagang Bugis dari daerah Gresik. Alat ini biasanya digunakan sebagai maskawin atau pusaka.
Hasil gambar untuk moko masa perundagian


 


Ø   Bejana Perunggu

Hasil gambar untuk bejana perungguBejana perunggu ini memiliki bentuk seperti keranjang yang diikatkan ke badan para pencari ikan sebagai tempat ikan hasil tangkapan. Bejana ini ada yang polos dan ada yang bermotif. Bejana ini banyak ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.

Ø   Kapak Perunggu

Kapak perunggu dibagi 2 yaitu : kapak sepatu atau kapak corong dan kapak upacara.Kapak ini memiliki berbagai macam ukuran. Dilihat dari penggunaannya kapak ini berguna untuk perkakas saat bekerja dan benda pusaka sat upacara. Kapak ini hampir bisa ditemukan di seluruh daerah Indonesia

Ø   Arca Perunggu

Arca yang ditemukan pada masa ini biasanya terbuat dari perunggu dan bentuknya sangat beragam, mulai dari manusia hingga binatang.

Ø   Perhiasan Perunggu
Perhiasan perunggu ada bermacam-macam. Mulai dari gelang, cincin, kalung, dan bandulnya. Pada umumnya perhiasan dari perunggu ini memiliki motif hias.

ØCandrasa
Candrasa adalah kapak corong yang salah satu sisinya ada yang panjang dan bentuknya sangat indah. Kapak ini juga dilengkapi dengan hiasan. Benda ini berfungsi untuk tanda kebesaran kepala suku dan alat upacara adat.

Ø  Kapak Upacara
 Kapak upacara adalah kapak berwarna hitam dengan hiasan di kedua sisinya. Pada sisi pertama, terdapat hiasan berupa hewan berkaki empat dan gambar flora. Sedangkan ujung pegangannya memiliki hiasan motif garis bergerigi, dan pada sisi lainnya terdapat hiasan topeng.

b)  Zaman Besi
Zaman besi adalah zaman terakhir dari masa pra-aksara. Pada zaman ini, manusia telah mampu melebur besi dari bijihnya dan mengubahnya menjadi  barang yang diinginkan. Barang-barang yang merupakan peninggalan dari zaman ini jumlahnya sangat terbatas dan jarang ditemukan karena diduga barang-barang ini telah hancur karena proses perkaratan.



BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dengan adanya bukti peninggalan pada masa pra-aksara, menunjukkan adanya kebudayaan yang berkembang di Indonesia sejak jaman dahulu.  Hingga saat ini, bukti itu tetap dilestarikan sebagai warisan berharga dari nenek moyang. Dengan demikian, kita dapat melihat perkembangan kebudayaan dalam masyarakat pra-aksara agar manusia mau berupaya demi masa depan yang lebih baik dan tercipta penerus yang lebih berkarakter.

B. Saran
Sebagai generasi muda kita tidak melupakan sejarah peradaban bangsa kita sendiri, khususnya dalam mengenal dan memahami kehidupan masa pra-aksara ketika hidup  di Indonesia.



EmoticonEmoticon