Monday, 5 December 2016

Gunung Kembang : 2.370 Mdpl " Never Ending Story"

Never Ending Story (?) Kenapa?
Yah baiklah, kali in saya akan berbagi sedikit pengalaman mengenai pendakian menuju puncak Gunung Kembang. Sebelum dilanjut sekedar memberitahu bahwa semua tulisan yang saya curahkan di posting ini berdasarkan pengalaman pribadi saya dan saudara-saudara saya. Jadi, mohon maaf apabila kurang sesuai dengan kenyataan yang ada.

Untuk mengawali cerita, mari kita cari tahu lebih dahulu apa sih Gunung Kembang itu dan dimana letaknya ?


Gunung Kembang bisa dibilang merupakan anak dari dua gunung raksasa, Sumbing & Sindoro karena letak nya berdekatan dengan kedua gunung tersebut. Gunung Kembang masih jarang diketahui oleh para pendaki sehingga kondisi alam nya belum terlalu terjamah oleh tangan-tangan manusia, bahkan belum ada pos-pos peristirahatan seperti gunung-gunung pada umumnya, rute perjalanan nya pun belum terlalu 'rapih' bila dibandingkan dengan gunung lainnya. Sesuai namanya Gunung Kembang memang memiliki sisi yang menawan, disana anda bisa menemukan berbagai macam bunga indah yang menemani perjalanan anda. Apalagi kalau anda 'berhasil' mencapai puncak dari gunung tersebut, pesona keindahan alam nya tidak akan kalah dengan kedua Ibu Bapak-nya.


Apabila anda 'berhasil'. Mengapa?
Waktu itu Hari Minggu, Tanggal 4 Desember 2016, saya dan ketiga saudara saya berencana untuk memburu sunrise di Punthuk Mongkrong, Magelang. Namun karena cuaca yang berawan sehingga kami turun dan memutuskan mencari alternatif lain untuk menghibur jiwa pengelana kami yang sudah mulai usang. Seketika Saudara tertua saya (Sebut saja PD) mengusulkan untuk pergi ke Gunung Kembang, Wonosobo. Setelah browsing di internet dan melihat beberapa gambar kami sepakat untuk pergi kesana. Karena belum tahu arah dan  minim nya informasi, kami memutuskan untuk mencari informasi dan mampir sejenak di basecamp Gunung Sindoro. Penjaga basecamp tersebut menjawab pertanyaan kami "Wah gur wong-wong sek wani mas sing gelem nang Gunung Kembang" "Rodok mistis mas, opo ncen mistis." Jawab saudara saya (AL) "Yo rapopo si dolan nang Gunung Kembang, jajal wae mas, nejengan lewat..." setelah mendapat informasi, kami mempertimbangkan sejenak dan karena didorong oleh rasa penasaran kami memutuskan untuk pergi ke Gunung Kembang.

Kami memilih melalui jalur Desa Lengkong karena desa tersebut adalah desa yang paling dekat dengan Gunung Kembang. Ternyata kami bisa mengendarai motor melalui jalanan berbatu yang cukup tinggi dan berliku hingga sampai di lereng Gunung Kembang. Sepanjang perjalanan dikanan dan kiri jalan terdapat berbagai macam lahan yang di tanami dengan tumbuhan konsumsi, tidak jarang juga para penduduk yang berlalu lalang mengerjakan lahan mereka. Setelah sampai di lereng karena belum tau arah tujuan akhirnya kami bertanya kepada salah satu penduduk setempat. Setelah diberitahu kami mencari jalan pendakian yang dimaksud dan mulai merambat ke Gunung Kembang, beliau juga berkata bahwa perjalanan akan memakan waktu kurang lebih satu jam. Walaupun rute pendakian nya masih sangat alami namun sudah diberi tanda menggunakan plastik berwarna biru/hijau/merah pada pohon-pohon di sekeliling rute.

Berbekal dengan 3 botol air mineral ukuran sedang dan satu makanan ringan untuk empat orang, kami mendaki dengan penuh semangat, walaupun jalan nya terjal dan sangat sempit itu bukanlah masalah bagi kami. Cuaca yang kurang mendukung dan disertai dengan awan mendung pun kami abaikan. Setengah jam mendaki jalur yang ada masih sama terjal dan sempit ( awalnya kami pikir hanya beberapa) naun tetap kami lanjutkan, di kanan-kiri banyak tumbuhan paku dan aneka bunga-bunga serta tumbuhan berduri yang cukup menyulitkan kami. Satu jam pendakian kami mulai kelelahan, medan yang kami tempuh masih sama seperti setengah jam yang lalu, karena banyak kabut kami memutuskan untuk mencari tempat yang agak longgar untuk istirahat. Beberapa menit kemudian kami melanjutkan perjalanan dan betapa senangnya karena tampak bahwa puncak dari Gunung Kembar sudah nampak, dengan semangat kami lalu melanjutkan perjalanan. Lima belas menit kemudian kami sudah menempuh jarak yang lumayan dengan tempat istirahat. Namun anehnya jarak dari kami ke puncak tetap sama. Kami berpikir bahwa tadi kami belum melihat puncak yang sesungguhnya karena kabut yang tebal. Lalu kami melanjutkan perjalanan dengan perlahan, sudah hampir satu jam setengah kami mendaki Gunung Kembar namun selalu sama, kami seperti melihat puncak namun setelah berjalan beberapa saat jarak antara kami dengan puncak selalu sama ''Never Ending Story''. Karena belum menyerah kami melanjutkan perjalanan perlahan. Lima belas menit kemudian karena mulai kelelahan dan bekal sudah habis kami memutuskan untuk istirahat. Saudara tertua saya berjalan sendiri untuk memastikan jalur. Namun hal yang terjadi selalu sama, kami seolah-olah melihat puncak, tapi setelah berjalan beberapa saat yang terlihat hanyalah puncak bayangan. No matter how far you walk, it's always shadows peak. Setelah saudara laki-laki saya turun, akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk turun. Saat kami berjalan turun 'kebetulan' terjadi hujan_-. Karena tidak membawa mantel hujan, hawa dingin dan dahsyat nya serangan air hujan menghantam tubuh kami. Jalanan pun menjadi licin karena alas nya adalah tanah yang sempit. Tidak jarang kami terpeleset dan terjatuh karena licinnya medan, dengan perlahan kami turun dan hanya membutuhkan waktu satu jam kami sudah sampai di lereng Gunung Kembang dengan keadaan basah dan kotor tentunya. Kami mengambil kendaraan kami dan segera kembali ke rumah.

Pengalaman menegangkan yang kami alami khususnya saya karena tidak seperti ketiga saudara saya tadi karena inilah kali pertama saya mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 2000 mdpl walaupun sama sekali tidak menyentuh ekspetasi saya. Sesampainya dirumah saya lalu browsing di internet dan menemukan bahwa ternyata Gunung Kembang memang terkenal dengan mistis nya. Tidak sedikit pula orang yang mengalami cerita seperti saya. Dikatakan bahwa Gunung tersebut dahulu lebih sering digunakan untuk semedi daripada untuk dinikmati keindahan alam nya. Hal ini dibuktikan dengan adanya taburan kembang-kembang dan properti semedi lainnya di puncak Gunung. Macan tutul dan Babi hutan juga turut menghuni Gunung tersebut pada tahun 2006 mungkin hingga sekarang mengingat kondisi alam Gunung Kembang yang belum terjamah tangan-tangan manusia.


EmoticonEmoticon